Sabtu, 17 Desember 2011

" Ne-Yo feat Pitbull - Give Me Everything (Tonight) "

[Pitbull - Intro]

Me not working hard?
Yea right picture that with a kodak
And better yet, go to times square
Take a picture of me with a kodak
Took my life from negative to positive
And I just want y’all know that
And tonight, let’s enjoy life

Pitbull, Nayer, Ne-Yo

[Ne-Yo / Nayer - Chorus]

Tonight I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Let’s do it tonight
I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Lets do it tonight

Let’s do it tonight

Grab somebody sexy tell ‘em hey
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight

[Pitbull - Pre Chorus]

Excuse me
But I might drink a little bit more than I should tonight
And I might take you home with me if I could tonight
And I think you should let me cause I look good tonight
lyricsalls.blogspot.com
And we might not get tomorrow

[Ne-Yo / Nayer - Chorus]

Tonight I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Lets do it tonight
I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Lets do it tonight
Lets do it tonight

Grab somebody sexy tell ‘em hey
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight

Excuse me
But I might drink a little bit more than I should tonight
And I might take you home with me if I could tonight
And I think you should let me cause I look good tonight
And we might not get tomorrow

Kamis, 08 Desember 2011

"Kecerobohan Yang Memalukan"

       Rasa malu itu masih membekas dalam diriku. Saat dimana aku ditertawakan banyak orang dewasa. Ingin rasanya marah, tapi aku terlalu kecil untuk memarahi semua orang dewasa itu. Umurku memang baru 5 tahun, dan itu yang menyebabkan aku menjadi anak yang ceroboh hingga akhirnya tercebur ke selokan. Apalagi air di selokan itu hitam dan bau. Bisa dibayangkan bagaimana diriku saat itu. Malu, jijik, dan marah tercampur jadi satu.
       Kejadian itu sudah lama berlalu, sekita 8 tahun yang lalu. Saat itu matahari bersinar dengan cerah. Aku bersiap untuk hari pertamaku di sekolah. “Semoga hari ini akan jadi hari yang menyenangkan,” kataku dalam hati. Ibu lalu memakaikan seragam merah putih untuk pertama kalinya. Rasanya senang sekali bisa sekolah. Letak sekolahku tak jauh dari rumah, jadi ibu mengantarku dengan berjalan kaki.
Selain ditemani ibuku, aku juga ditemani oleh saudaraku yang sudah duduk di kelas 3 SD. Hanya berbeda 2 kelas dariku, karena saat itu aku masih kelas 1 SD. Di perjalanan ke sekolah, aku bernyanyi-nyanyi sambil tersenyum bahagia. Lagu yang kunyanyikan bukanlah lagu asli, melainkan hanya lagu dari iklan teh Sari Wangi. Sampai sekarang aku masih mengingat lagu itu. Bunyinya seperti ini, “Begini ni ni ni begitu tut u tu begini begitu cuma ibu yang tau semua pun yang mau.” Lagu itu telah berulang kali kunyanyikan. “Begini ni ni ni begitu tu tu tu.” Tiba-tiba, “Auww,” jeritanku keluar begitu saja. Aku terjatuh ke dalam selokan. Karena masih kecil, aku pun hanya bisa menangis. Memang itu semua salahku karena tidak memerhatikan jalan, tapi tetap saja itu bukan kesengajaaan. “Sakit ibuu,” teriakanku makin keras. Suasana saat itu sangat tak karuan, teriakanku bercampur dengan suara tawa orang-orang. Untunglah ibu segera menolongku dan membawaku pulang ke rumah, meninggalkan kerumunan orang yang masih menertawaiku.
      “Bajuku bagaimana bu? Semuanya kotor,” tanyaku dengan suara terisak-isak. “sudah jangan nangis, nanti ibu bersihkan,”jawab ibu mencoba menenangkanku. Setibanya di rumah, ibu segera mengganti seragamku yang saat itu kotor dan bau. “Pakai rok putih saja ya, rok merahmu kan hanya satu,” kata ibu memulai pembicaraan. “Baik bu terserah ibu saja,” jawabku kecewa. “Bagimana ini, nanti teman-teman pasti menertawaiku,” kataku dalam hati.
Tak lama setelah itu, aku sudah rapi dengan baju putih dan rok putih tentunya. “Ayo berangkat, jangan sampai kau terlambat di hari pertamamu ini,” kata ibu lalu segera menggandeng tanganku. Kali ini aku hanya berdua dengan ibu, sedang saudaraku sudah lebih dulu berangkat. Dan aku juga tidak menyanyi lagi, sebab kejadian tadi sudah membuatku trauma berat.
       Sekitar pukul 7 lewat 5 menit, aku tiba di sekolah. Terlambat 5 menit di hari pertama sekolah. Untunglah saat itu gerbang sekolah belum ditutup, kalau sudah mungkin aku akan menangis sepanjang hari.
      Dan seperti yang kuduga, saat aku masuk ke kelas semua anak menertawaiku, “Maaf bu anak saya terlambat, tadi ada sedikit masalah,” tiba-tiba ibu bicara. “Oh iya gak papa bu,” balas bu guru. Ibu akhirnya ke luar dan aku masuk ke kelas. Ternyata masih tersisa satu bangku di depan, inilah yang namanya keberuntungan. Baru ingin merasakan rasanya duduk di bangku sekolah, tiba-tiba bu guru bertanya, “Kamu kenapa pakai rok putih?” serentak seluruh anak tertawa akan pertanyaan itu. “Maaf bu, tadi roknya kotor,” jawabku polos. Aku tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya, bisa-bisa aku dipermalukan anak-anak. Rupanya jawabanku tadi menbuat bu guru tertawa. Yah, sudah cukup tertawanya,dan sekarang waktunya untuk belajar.
Penderitaanku tak berhenti sampai disitu. Hingga bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak lain masi tetap menertawaiku. “Yaa kecebur comberan, kasian deh,”sahut anak-anak itu. “Darimana mereka tahu?” tanyaku dalam hati. “Yaaa kasian deh,” sahut mereka lagi. “Kalian tau darimana?” tanyaku kesal. “Liat aja sepatunya, bau comberan,” jawab anak-anak itu. “Ibuuu,” seruku sambil menangis dan berlari ke luar gerbang untuk menemui ibu.
     “Kamu kenapa?” Tanya ibu.
     “Kata mereka sepatuku bau comberan bu,” jawabku sedih. Ibu hanya diam dan tak berkomentar apapun. “Sudahlah, ayo kita pulang,” sahut ibu. Aku pun hanya bisa mengangguk saat itu. Di perjalanan pulang, aku berharap tidak akan melewati jalan yang tadi. Tapi apadaya, ibu tetap melewati jalan itu. Untunglah saat itu suasananya sepi, jadi rasa maluku bisa berkurang sedikit demi sedikit.

***

       Esok harinya, aku merasa tidak percaya diri saat akan berangkat sekolah. Aku takut ditertawakan lagi seperti kemarin. Apalagi sampai dibilang bau comberan. “Hey, jangan melamun terus, cepat kita berangkat,” kata ibu membuyarkan lamunanku. “Ah iya maaf bu,” jawabku kaget. Kami berdua segera berangkat ke sekolah. Dan seperti yang kuduga, aku kembali melewati jalan sial itu. Kunamakan jalan sial, karena jalan itu membuat hari pertamaku sekolahku kacau balau. Di jalan itu juga, kesialan menimpa diriku. Tapi kali ini kesialan itu akan hilang selama-lamanya.
      “Dada ibu,” sahutku saat tiba di depan kelas.
      “Belajar yang rajin ya,” balas ibu lalu pergi ke luar kelas. Kali ini suasana di kelas tak seperti kemarin, bisa dibilang sedikit berbeda. Tapi tetap saja rasa jengkel itu tak pernah hilang. Terutama untuk anak-anak yang kemarin mengejekku. Dan aku berharap kali ini mereka tidak mengejekku lagi.
Eh bau comberan, ikut main gak?” Tanya salah satu anak padaku. Saat kulihat orang yang memanggilku tadi, aku tersontak kaget. Dia orang yang kemarin mengejekku. “Aku gak bau comberan,” jawabku kesal. “Ya ya baiklah, ikut main gak?” tanyanya lagi. “Baiklah aku ikut,” jawabku senang. Jadi seperti inikah rasanya punya teman, bisa bermain bersama. Dan anak itu juga tak seburuk yang ku kira. Namanya Putra, anak laki-laki yang suka mengejek orang, tapi mau berteman dengan siapa saja, termasuk denganku.
        “Kringgg,” bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya. Hari ini aku sudah melupakan rasa maluku itu. Semua karena teman-temanku. Mereka mengajakku bermain dan membuatku lupa akan kejadian konyol kemarin. “Kamu senang sekali hari ini, kenapa?” Tanya ibu penasaran. “Sekarang aku punya banyak teman bu,” jawabku senang. “Baguslah kalu begitu, jadi kau takkan memikirkan kejadian kemarin lagi,” balas ibu sambil tersenyum. Untuk kali ini aku mengangguk dengan penuh rasa senang.
Ya begitulah peristiwa yang kualami dulu. Memang sangat memalukan, tapi di sisi lain semua itu sangat berkesan untukku. Berkat kecorobohan itu aku bisa punya banyak teman. Berkat itu juga aku punya prinsip hidup, bahwa kesialan itu tak selalu berakibat buruk. Itulah mengapa aku masih mengingat peristiwa itu sampai sekarang.


TAMAT

Sabtu, 17 Desember 2011

" Ne-Yo feat Pitbull - Give Me Everything (Tonight) "

[Pitbull - Intro]

Me not working hard?
Yea right picture that with a kodak
And better yet, go to times square
Take a picture of me with a kodak
Took my life from negative to positive
And I just want y’all know that
And tonight, let’s enjoy life

Pitbull, Nayer, Ne-Yo

[Ne-Yo / Nayer - Chorus]

Tonight I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Let’s do it tonight
I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Lets do it tonight

Let’s do it tonight

Grab somebody sexy tell ‘em hey
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight

[Pitbull - Pre Chorus]

Excuse me
But I might drink a little bit more than I should tonight
And I might take you home with me if I could tonight
And I think you should let me cause I look good tonight
lyricsalls.blogspot.com
And we might not get tomorrow

[Ne-Yo / Nayer - Chorus]

Tonight I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Lets do it tonight
I will love love you tonight
Give me everything tonight
For all we know we might not get tomorrow
Lets do it tonight
Lets do it tonight

Grab somebody sexy tell ‘em hey
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight
Give me everything tonight

Excuse me
But I might drink a little bit more than I should tonight
And I might take you home with me if I could tonight
And I think you should let me cause I look good tonight
And we might not get tomorrow

Kamis, 08 Desember 2011

"Kecerobohan Yang Memalukan"

       Rasa malu itu masih membekas dalam diriku. Saat dimana aku ditertawakan banyak orang dewasa. Ingin rasanya marah, tapi aku terlalu kecil untuk memarahi semua orang dewasa itu. Umurku memang baru 5 tahun, dan itu yang menyebabkan aku menjadi anak yang ceroboh hingga akhirnya tercebur ke selokan. Apalagi air di selokan itu hitam dan bau. Bisa dibayangkan bagaimana diriku saat itu. Malu, jijik, dan marah tercampur jadi satu.
       Kejadian itu sudah lama berlalu, sekita 8 tahun yang lalu. Saat itu matahari bersinar dengan cerah. Aku bersiap untuk hari pertamaku di sekolah. “Semoga hari ini akan jadi hari yang menyenangkan,” kataku dalam hati. Ibu lalu memakaikan seragam merah putih untuk pertama kalinya. Rasanya senang sekali bisa sekolah. Letak sekolahku tak jauh dari rumah, jadi ibu mengantarku dengan berjalan kaki.
Selain ditemani ibuku, aku juga ditemani oleh saudaraku yang sudah duduk di kelas 3 SD. Hanya berbeda 2 kelas dariku, karena saat itu aku masih kelas 1 SD. Di perjalanan ke sekolah, aku bernyanyi-nyanyi sambil tersenyum bahagia. Lagu yang kunyanyikan bukanlah lagu asli, melainkan hanya lagu dari iklan teh Sari Wangi. Sampai sekarang aku masih mengingat lagu itu. Bunyinya seperti ini, “Begini ni ni ni begitu tut u tu begini begitu cuma ibu yang tau semua pun yang mau.” Lagu itu telah berulang kali kunyanyikan. “Begini ni ni ni begitu tu tu tu.” Tiba-tiba, “Auww,” jeritanku keluar begitu saja. Aku terjatuh ke dalam selokan. Karena masih kecil, aku pun hanya bisa menangis. Memang itu semua salahku karena tidak memerhatikan jalan, tapi tetap saja itu bukan kesengajaaan. “Sakit ibuu,” teriakanku makin keras. Suasana saat itu sangat tak karuan, teriakanku bercampur dengan suara tawa orang-orang. Untunglah ibu segera menolongku dan membawaku pulang ke rumah, meninggalkan kerumunan orang yang masih menertawaiku.
      “Bajuku bagaimana bu? Semuanya kotor,” tanyaku dengan suara terisak-isak. “sudah jangan nangis, nanti ibu bersihkan,”jawab ibu mencoba menenangkanku. Setibanya di rumah, ibu segera mengganti seragamku yang saat itu kotor dan bau. “Pakai rok putih saja ya, rok merahmu kan hanya satu,” kata ibu memulai pembicaraan. “Baik bu terserah ibu saja,” jawabku kecewa. “Bagimana ini, nanti teman-teman pasti menertawaiku,” kataku dalam hati.
Tak lama setelah itu, aku sudah rapi dengan baju putih dan rok putih tentunya. “Ayo berangkat, jangan sampai kau terlambat di hari pertamamu ini,” kata ibu lalu segera menggandeng tanganku. Kali ini aku hanya berdua dengan ibu, sedang saudaraku sudah lebih dulu berangkat. Dan aku juga tidak menyanyi lagi, sebab kejadian tadi sudah membuatku trauma berat.
       Sekitar pukul 7 lewat 5 menit, aku tiba di sekolah. Terlambat 5 menit di hari pertama sekolah. Untunglah saat itu gerbang sekolah belum ditutup, kalau sudah mungkin aku akan menangis sepanjang hari.
      Dan seperti yang kuduga, saat aku masuk ke kelas semua anak menertawaiku, “Maaf bu anak saya terlambat, tadi ada sedikit masalah,” tiba-tiba ibu bicara. “Oh iya gak papa bu,” balas bu guru. Ibu akhirnya ke luar dan aku masuk ke kelas. Ternyata masih tersisa satu bangku di depan, inilah yang namanya keberuntungan. Baru ingin merasakan rasanya duduk di bangku sekolah, tiba-tiba bu guru bertanya, “Kamu kenapa pakai rok putih?” serentak seluruh anak tertawa akan pertanyaan itu. “Maaf bu, tadi roknya kotor,” jawabku polos. Aku tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya, bisa-bisa aku dipermalukan anak-anak. Rupanya jawabanku tadi menbuat bu guru tertawa. Yah, sudah cukup tertawanya,dan sekarang waktunya untuk belajar.
Penderitaanku tak berhenti sampai disitu. Hingga bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak lain masi tetap menertawaiku. “Yaa kecebur comberan, kasian deh,”sahut anak-anak itu. “Darimana mereka tahu?” tanyaku dalam hati. “Yaaa kasian deh,” sahut mereka lagi. “Kalian tau darimana?” tanyaku kesal. “Liat aja sepatunya, bau comberan,” jawab anak-anak itu. “Ibuuu,” seruku sambil menangis dan berlari ke luar gerbang untuk menemui ibu.
     “Kamu kenapa?” Tanya ibu.
     “Kata mereka sepatuku bau comberan bu,” jawabku sedih. Ibu hanya diam dan tak berkomentar apapun. “Sudahlah, ayo kita pulang,” sahut ibu. Aku pun hanya bisa mengangguk saat itu. Di perjalanan pulang, aku berharap tidak akan melewati jalan yang tadi. Tapi apadaya, ibu tetap melewati jalan itu. Untunglah saat itu suasananya sepi, jadi rasa maluku bisa berkurang sedikit demi sedikit.

***

       Esok harinya, aku merasa tidak percaya diri saat akan berangkat sekolah. Aku takut ditertawakan lagi seperti kemarin. Apalagi sampai dibilang bau comberan. “Hey, jangan melamun terus, cepat kita berangkat,” kata ibu membuyarkan lamunanku. “Ah iya maaf bu,” jawabku kaget. Kami berdua segera berangkat ke sekolah. Dan seperti yang kuduga, aku kembali melewati jalan sial itu. Kunamakan jalan sial, karena jalan itu membuat hari pertamaku sekolahku kacau balau. Di jalan itu juga, kesialan menimpa diriku. Tapi kali ini kesialan itu akan hilang selama-lamanya.
      “Dada ibu,” sahutku saat tiba di depan kelas.
      “Belajar yang rajin ya,” balas ibu lalu pergi ke luar kelas. Kali ini suasana di kelas tak seperti kemarin, bisa dibilang sedikit berbeda. Tapi tetap saja rasa jengkel itu tak pernah hilang. Terutama untuk anak-anak yang kemarin mengejekku. Dan aku berharap kali ini mereka tidak mengejekku lagi.
Eh bau comberan, ikut main gak?” Tanya salah satu anak padaku. Saat kulihat orang yang memanggilku tadi, aku tersontak kaget. Dia orang yang kemarin mengejekku. “Aku gak bau comberan,” jawabku kesal. “Ya ya baiklah, ikut main gak?” tanyanya lagi. “Baiklah aku ikut,” jawabku senang. Jadi seperti inikah rasanya punya teman, bisa bermain bersama. Dan anak itu juga tak seburuk yang ku kira. Namanya Putra, anak laki-laki yang suka mengejek orang, tapi mau berteman dengan siapa saja, termasuk denganku.
        “Kringgg,” bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya. Hari ini aku sudah melupakan rasa maluku itu. Semua karena teman-temanku. Mereka mengajakku bermain dan membuatku lupa akan kejadian konyol kemarin. “Kamu senang sekali hari ini, kenapa?” Tanya ibu penasaran. “Sekarang aku punya banyak teman bu,” jawabku senang. “Baguslah kalu begitu, jadi kau takkan memikirkan kejadian kemarin lagi,” balas ibu sambil tersenyum. Untuk kali ini aku mengangguk dengan penuh rasa senang.
Ya begitulah peristiwa yang kualami dulu. Memang sangat memalukan, tapi di sisi lain semua itu sangat berkesan untukku. Berkat kecorobohan itu aku bisa punya banyak teman. Berkat itu juga aku punya prinsip hidup, bahwa kesialan itu tak selalu berakibat buruk. Itulah mengapa aku masih mengingat peristiwa itu sampai sekarang.


TAMAT