Kamis, 24 November 2011

"Kehadiran militer AS pantau Laut China Selatan"

      Dalam bagian lain untuk menepis kekhawatiran Beijing Obama mengatakan,”Kami akan mencari peluang untuk bekerja sama dengan Beijing, termasuk komunikasi yang lebih baik di antara militer untuk mempromosikan pemahaman dan menghindari salah perhitungan.”
     Komitmen Obama ini kemudian diwujudkan dengan penempatan 2.500 Marinirnya di Darwin, Australia mulai 2012. Kehadiran personil militer ini akan didukung oleh kaal-kapal perang dan berbagai pesawat tempur. Australia tentu saja sebagai sekutu Amerika akan mempersilahkan Washington menjadikan negaranya pijakan ke Asia Tenggara.
Karena Laut China Selatan
       Kehadiran Amerika ini bersamaan dengan meningkatknya perhatian terhadap konflik teritorial yang sudah menahun. Konflik paling tajam belakangan ini terjadi di Laut China Selatan dimana negara-negara yang terlibat sengketa beberapa kali terseret dalam bentrokan bersenjata atau saling ancam.
      Negara-negara Asia Tenggara yang terlibat batas laut di Laut China Selatan ini adalah Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand. Dan yang paling tajam adalah pertikaian antara Filipina dengan China dan Vietnam dengan China.
       Amerika Serikat menilai setelah kemakmuran di Asia mulai meluas kini seperti terdapat kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing. China jelas haus akan energi karena pertumbuhannya setiap tahun menyebabkan ekonominya kepanasan. Pertumbuhan ini membutuhkan dukungan sumber daya alam seperti minyak dan gas. Laut China Selatan ternyata merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam itu.
      Selama ini negeri yang konflik dengan China berusaha tidak membuka front terbuka. Mereka malah seperti yang diusulkan Filipina dalam KTT ASEAN mengajak untuk mendukung kehadiran Amerika di Asia Tenggara. Ajakan Filipina ini tidak lain untuk menyelamatkan teritorialnya di Kepulauan Spratly yang sering diklaim China. Dengan kata lain Manila mengundang Big Brother untuk mengimbangi China yang sudah menunjukkan ototnya dengan pemilikan berbagai persenjataan canggih termasuk kapal induk.
      Sikap Filipina ini memang yang dekat ke Amerika memberikan nuansa sendiri terhadap percaturan kekuatan di Laut China Selatan. Hikmahanto Juwana dari Universitas Indonesia dalam artikelnya Ketegangan di Laut China Selatan (Kompas, 18/11) menyebutkan bahwa Menlu AS Hillary Clinton telah menunjukkan dukungan kepada posisi Manila. Kedua negara telah menandatangani deklarasi “pendekatan berdasarkan aturan untuk penyelesaian klaim tumpang tindih di wilayah laut.
     Kesepakatan ini secara jelas menunjukkan agar konflik teritorial diselesaikan tanpa melalui jalur kekerasan alias jalur diplomasi, sesuatu yang mustahil terselesaikan. Kekuatan militer biasanya akan menjadi penentu dari pemilikan wilayah karena China memiliki postur lebih besar daripada negara tetangganya. Oleh sebab itulah Beijing merasa lebih leluasa mendikte negara tetangganya yang kecil sehingga kehadiran Amerika akan mengganggu interaksinya dengan negara yang terlibat konflik wilayah laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 24 November 2011

"Kehadiran militer AS pantau Laut China Selatan"

      Dalam bagian lain untuk menepis kekhawatiran Beijing Obama mengatakan,”Kami akan mencari peluang untuk bekerja sama dengan Beijing, termasuk komunikasi yang lebih baik di antara militer untuk mempromosikan pemahaman dan menghindari salah perhitungan.”
     Komitmen Obama ini kemudian diwujudkan dengan penempatan 2.500 Marinirnya di Darwin, Australia mulai 2012. Kehadiran personil militer ini akan didukung oleh kaal-kapal perang dan berbagai pesawat tempur. Australia tentu saja sebagai sekutu Amerika akan mempersilahkan Washington menjadikan negaranya pijakan ke Asia Tenggara.
Karena Laut China Selatan
       Kehadiran Amerika ini bersamaan dengan meningkatknya perhatian terhadap konflik teritorial yang sudah menahun. Konflik paling tajam belakangan ini terjadi di Laut China Selatan dimana negara-negara yang terlibat sengketa beberapa kali terseret dalam bentrokan bersenjata atau saling ancam.
      Negara-negara Asia Tenggara yang terlibat batas laut di Laut China Selatan ini adalah Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina dan Thailand. Dan yang paling tajam adalah pertikaian antara Filipina dengan China dan Vietnam dengan China.
       Amerika Serikat menilai setelah kemakmuran di Asia mulai meluas kini seperti terdapat kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing. China jelas haus akan energi karena pertumbuhannya setiap tahun menyebabkan ekonominya kepanasan. Pertumbuhan ini membutuhkan dukungan sumber daya alam seperti minyak dan gas. Laut China Selatan ternyata merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam itu.
      Selama ini negeri yang konflik dengan China berusaha tidak membuka front terbuka. Mereka malah seperti yang diusulkan Filipina dalam KTT ASEAN mengajak untuk mendukung kehadiran Amerika di Asia Tenggara. Ajakan Filipina ini tidak lain untuk menyelamatkan teritorialnya di Kepulauan Spratly yang sering diklaim China. Dengan kata lain Manila mengundang Big Brother untuk mengimbangi China yang sudah menunjukkan ototnya dengan pemilikan berbagai persenjataan canggih termasuk kapal induk.
      Sikap Filipina ini memang yang dekat ke Amerika memberikan nuansa sendiri terhadap percaturan kekuatan di Laut China Selatan. Hikmahanto Juwana dari Universitas Indonesia dalam artikelnya Ketegangan di Laut China Selatan (Kompas, 18/11) menyebutkan bahwa Menlu AS Hillary Clinton telah menunjukkan dukungan kepada posisi Manila. Kedua negara telah menandatangani deklarasi “pendekatan berdasarkan aturan untuk penyelesaian klaim tumpang tindih di wilayah laut.
     Kesepakatan ini secara jelas menunjukkan agar konflik teritorial diselesaikan tanpa melalui jalur kekerasan alias jalur diplomasi, sesuatu yang mustahil terselesaikan. Kekuatan militer biasanya akan menjadi penentu dari pemilikan wilayah karena China memiliki postur lebih besar daripada negara tetangganya. Oleh sebab itulah Beijing merasa lebih leluasa mendikte negara tetangganya yang kecil sehingga kehadiran Amerika akan mengganggu interaksinya dengan negara yang terlibat konflik wilayah laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar